Keanggunan Membumi di Istana

Batik bermotif sido mukti dan sido luhur yang dipakai Iriana memiliki makna doa, sedangkan Mufidah pun tidak suka kebaya dengan banyak hiasan. IBARAT pendamping yang menyaingi pamor bintang utama, begitulah Iriana Widodo di hari pelantikan Presiden dan Wakil Presiden ketujuh RI, Senin (20/10). Penampilannya yang anggun dan sangat Indonesia men curi hati masyarakat.
Kain dan kebaya memang tidak asing dipakai para ibu negara, tetapi pilihan kebaya bergaya lawas Iriana mampu menciptakan kesan berbeda. Istri Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu ibarat menjadi ikon mode baru. Desainer hingga fashionista memujinya di berbagai media.

Penampilan Iriana sesungguhnya bukan hanya apik dalam tampilan. Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan Museum Tekstil Jakarta Mis Ari mengatakan bahwa batik yang dipakai Iriana me rupakan batik khas Solo dengan ragam hias perpaduan sido mukti dan sido luhur. “Detail ragam hias Sido Mukti bermakna doa dan harapan bagi si pe makai, sedangkan Sido Luhur memiliki makna doa atas sebuah kehormatan yang telah terwu jud,“ tutur perempuan yang akrab disapa Ari itu.

Desainer senior yang juga pendiri Asosiasi Perancang Pe ngusaha Mode (APPMI) Poppy Dharsono mengatakan kebaya yang dikenakan Iriana bergaya kutubaru. Yakni, kebaya yang dicirikan dengan bef (tambahan kain persegi panjang di bagian depan).

“Kebaya itu memberi kesan membumi,“ ujar Poppy yang ber bicara dari Como, Italia, kepada Media Indonesia, Kamis (23/10). Perempuan yang pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah RI itu berharap busana bergaya adati bisa terus dipilih Iriana se lama menjalani tugas sebagai first lady, termasuk dalam kunjungan ke luar negeri. Dengan mengguna kan batik, songket, dan berbagai kain Nusantara lainnya Iriana bisa menunjukkan kekayaan budaya Indonesia. Namun, Poppy meng ingatkan bahwa kain-kain adati juga harus dioleh dengan tepat agar tidak terkesan kuno.

Busana dikatakan Poppy juga berperan sebagai alat diplomasi. Ibu Negara Amerika Serikat Michelle Obama, ANI misalnya, kerap berdiplomasi dengan busana-busana karya desainer berdasar Asia. Poppy menilai upaya menghangatkan hubungan luar negeri lewat busana juga bisa dilakukan Iriana. Namun, penggunaan busana karya desainer luar negeri lebih tepat di acara nonformal.

Yang terpenting, menurut Poppy, Iriana harus tetap mengutamakan karakter diri.“Tidak perlu ikut tren, berbusana itu harus yang sesuai dengan diri,“ tukasnya. Kebaya Iriana sekaligus mengingatkan banyak orang akan mendiang Siti Hartinah Soeharto. Kesamaan pilihan dengan ibu negara kedua RI itu sangat mungkin dipengaruhi budaya Jawa keduanya.

Kebaya kutu baru lahir dari modifikasi gaya busana perempuan Jawa. Pada awalnya perempuan Jawa mengenakan kemban sebagai dalaman kebaya mereka. Banyak perempuan kemudian mengenakan kebaya tanpa dikancingkan sehingga kemban mereka terlihat. Kemudian dengan alasan kepraktisan, kemban tidak lagi digunakan dan kebaya pun diberi bef yang menyerupai kemban.

Umumnya kebaya kutubaru dikenakan dengan selendang motif pelangi untuk menutupi stagen di bagian perut. Namun, Tien Soeharto lebih sering menggunakan kain hitam, sedangkan Iriana yang samasama kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, tidak menggunakan kain penutup karena kebayanya tertutup di bagian perut.

Di sisi lain, pilihan Iriana bisa dibilang potret kepekaannya terhadap perkembangan mode. Kebaya kutubaru, khususnya dengan bahan satin motif bunga, memang belakangan ini tren lagi. Selebritas Dian Sastrowardoyo memilih kebaya berpotongan sama di acara pernikahannya. Desainer top Tanah Air seperti Obin dan Anne Avantie pun mengeluarkan koleksi kebaya kutubaru.

Modis tapi sederhana memang tampak menjadi `pakem' busana bagi Iriana. Jika tidak mengenakan kain kebaya, perempuan berusia 51 tahun itu mengenakan batik sebagai blazer santai yang berpadu gaun.

Ibu tiga anak itu juga bisa tampil lebih casual chic dengan jins pas badan dan jaket bomber atau bergaya. Selebihnya, seperti juga saat tampil di pelantikan, anak dari seorang guru SMA di Solo itu selalu minimalis dalam mengenakan perhiasan. Ditambah tata rambut yang sederhana, tampilan totalnya pun menjadi ringan dan enak dipandang.Tidak suka bling-bling Soal gaya busana Mufidah Kalla, Anita Errol Hutagalung ialah salah satu yang paling paham. Ia penjahit yang telah sekitar 20 tahun dipercaya Mufidah.

Begitu hafalnya akan selera sang istri wakil presiden, pesanan jahitan cukup diterimanya lewat telepon. Seperti menjelang pelantikan, Anita dihubungi Mufidah seminggu sebelumnya.
“Ibu minta dibuatkan atasan yang warnanya sesuai dengan kain songket merah yang lebih dulu dimilikinya,“ ujar Anita, Kamis (23/10). Pemilik Butik Meras itu menambahkan bahan jahitan biasanya akan diantarkan kemudian oleh sekretaris Mufidah atau dipercayakan saja pada Anita. Kebanyakan bahan yang disukai Mufidah adalah berunsur sutra, seperti thai silk, strap silk, hingga sutra. Soal ukuran tubuh, Anita pun sudah hafal. Begitu pula soal detail dan aplikasi yang sesuai selera Mufidah.

“Bu Mufidah itu kan sangat lembut dan keibuan, tidak mau neko-neko untuk urusan desain. Diubah sedikit saja terkadang ibu tidak berkenan, maunya yang simpel jangan bling-bling (glamor) gitu,“ tutur Anita. Tak hanya kebaya, terkadang Mufidah pun membuat model pakaian muslim dan baju kurung. Ketika Jusuf Kalla pertama menjabat sebagai wapres pada 2004, beberapa desainer sempat menawarkan pada Mufidah untuk merancangkan busana. Namun, berdasarkan pengakuan Anita, Mufidah tetap memilih dirinya.

Anita mengungkapkan bahwa Mufidah juga paham dan senang dengan tren. Namun, perempuan berusia 71 tahun itu tetap mengutamakan kenyamanan dan kesantunan. “Ya memang begitu orangnya, sederhana,“ tukas Anita. (M-4) Media Indonesia, 26/10/2014, Halaman : 13

0 komentar:

Posting Komentar