KUDUS, sebuah kota kecil yang akrab dengan sebutan Kota Kretek. Dari tahun 1880an, kretek merupakan komoditas Kudus yang utama, dan kemudian mempengaruhi budaya dan tradisi di dalamnya. Seiring berjalannya waktu, budaya dan keterampilan khas Kudus makin tergerus. Ketika batik semakin terkenal di mata nasional dan internasional, kesempatan ini digunakan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation untuk kembali melestarikan batik Kudus yang hampir punah.
Sejak 2011, Bakti Budaya Djarum Foundation membuka Galeri Batik Kudus, sebuah workshop pembinaan batik Kudus yang secara rutin menggelar pelatihan membatik untuk para ibu dan remaja. Batik Kudus memiliki keindahan dan karakteristik sendiri yang berbeda dari batik lainnya.
Seperti karakteristik batik pesisir, Batik Kudus memiliki corak-corak yang menggambarkan keadaan alam disekitarnya, terasa pula adanya pengaruh Islam melalui corak-corak kaligraļ¬ yang terselip diantara corak Batik Kudus.
Dengan ciri khas isen (isian dalam pola utama) gabah sinawur, moto iwak, mrutu sewu dan lain sebagainya, batik Kudus juga dikenal dengan warnawarna sogan (kecoklatan) dengan corak tombak, kawung, atau parang, tetapi juga dihiasi dengan buketan (rangkaian bunga) dengan imbuhan pinggiran lebar, taburan kembang, kupu-kupu dan burung dengan warna-warna cerah.
Daun tembakau dan bunga cengkeh pun tak dapat dipisahkan dari identitas batik Kudus.
Miranti Serad Ginanjar, selaku pembina Workshop Galeri Batik Kudus mengatakan, “Kami selalu mengusahakan pembaruan dan pengembangan terhadap Batik Kudus agar bisa selalu mengikuti perkembangan zaman, kini kami melakukan eksplorasi motif, sehingga hasil batik kudus semakin beragam, namun tentu dengan tetap mempertahankan karakteristik khas Batik Kudus.“
Menurut Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian, saat ini jumlah pembatik di Kudus kian menurun karena banyak pembatik lebih memilih bekerja di industri.
“Kepopuleran batik Kudus juga semakin berkurang. Karena itu, kami ingin melestarikan Batik Kudus yang sebenarnya adalah cikal bakal dari batik pesisir di Indonesia,” ujarnya.
Dalam menjalankan hal ini, pada tahun 2013 Galeri Batik Kudus bekerjasama dengan Djarum Apresiasi Budaya mengembangkan program pelatihan membatik di kota Kudus dengan memberdayakan siswa SMK jurusan tata busana di Kudus melalui kurikulum sekolah.
Selain pelestarian batiknya, di Kota Kudus terdapat juga sebuah terobosan yang merupakan tahap awal dalam pengembangan kuliner Indonesia. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kudus, Jawa Tengah, telah menerapkan sebuah kurikulum yang berfokus kepada kuliner nusantara.
Didirikan pada Februari 2014 lalu, SMKN 1 Kudus atau yang juga dikenal dengan nama Sekolah Kuliner Dapur Nusantara merupakan proyek inisiatif Bakti Pendidikan Djarum Foundation dengan pemda setempat untuk mengembangkan kuliner Nusantara dari sisi profesional dan inovasi.
Selain dilengkapi dengan berbagai fasilitas memasak dengan standar internasional yang mumpuni, SMKN 1 Kudus juga memiliki para pengajar tata boga berkualitas. Para pengajar di sekolah ini telah melalui proses pelatihan oleh Wiliam Wongso,
salah satu pakar kuliner Indonesia yang kemampuan memasaknya telah diakui dunia internasional.
Sekolah kuliner ini diharapkan dapat melahirkan koki-koki andal yang menguasai seluk beluk pembuatan masakan khas dari berbagai daerah di Nusantara Media Indonesia, 3 Juli 2014, Halaman 3
DPRD Kota Malang Diduga Minta Uang Suap RAPBD
10 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar