Angin Sejuk dari Bandung dan Solo

Rental Mobil Solo - "Pak, ini serius, tidak ?" lontar seorang warga Bandung kepada Staf Khusus Mentri Riset dan Teknologi (Kemenristek) Zulkifli Halim di sela-sela Pameran Indonesia Electric Vehicle Exhibition di Bandung, Minggu (1/12).
Seperti angin sejuk, masyarakat di kota-kota yang disambangi Kemenristek dalam sosialisasi mobil listrik nasional selalu amat penasaran dan antusias.

Prototipe mobil-mobil listrik yang dipampang hari itu di Bandung bervariatif. Ada sedan Hevina, Kijang model 1990-an yang telah dikonversi menjadi mobil listrik, bus listrik hingga mobil balap hasil kolaborasi LIPI dengan PT Signal Kustom Built.

Lantas apa jawaban Zulkifli untuk pertanyaan tentang keseriusan diatas ?
"Ya, serius dong, saya bilang. Maksud (pertanyaan) dia karena sering ada program, pameran, habis itu tiadk terdengar lagi beritanya. Saya kira itu kritik yang sangat bagus. Memang dia kelihatan salut banget kalau ini (kendaraan listrik) bisa jalan," ucapnya.

Zulkifli mengaku, penduduk Parijis Van Java termasuk amat tertarik sekaligus kritis saat menyaksikan sosialisasi yang diiniasi Kemeristek tersebut. Banyak pertanyaan yang dilemparkan. Kebanyakan seputar banderol harga. lama pengecesan, waktu tempuh, sampai ketersediaan stasiun pengisian baterainya. Disamping menyampaikan atensi, pengunjung pameran menitipkan pula pesan soal tantangan yang mesti dipikirkan berbagai pihak yang berkepentingan dalam program mobil listrik nasional.

Maharudin Hasibuan, 45, mengaku mendukung penuh program Kemenristek. Namun, perihal beli atau tidaknya ia akui tergantung harga jual. Selain itu, sarana pendukungnya ia harapkan dapat dikembangkan. "Saya kan kerjanya mobile, sering ke desa-desa. Kalau saya pergi ke desa yang jaraknya 200 kilometer, bisa saja mogok di tengah jalan, kan?," Maharudin mencontohkan.
Ardi, 17, menginginkan agar ke depannya serba-serbi mobil listrik lebih banyak diinformasikan, termasuk tentang karakteristik mesin dan perawatannya. "Karena sepertinya mesinya lebih riskan ketimbang mesin mobil biasa. Jadi sebaiknya digencarkan informasi atau pandauan merawat dan mengggunakan mobil listrik," ujar pelajar SMAN 19 Bandung ini.

Winda,23, menyarankan program mobil listrik nasional dibimbing ke arah transportasi massal terlebih dahulu. "Kendaraan pribadi sudah terlalu banyak di Bandung."

Solo Siap
Perhatian positif juga datang dari khalayak saat sosialisasi di Solo. Akademisi UNS Kuncoro di acara sosialisasi mengapresiasikan program yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh Kemenristek. Apalgi, banyak anak bangsa yang turut bersemangat dalam berkontribusi soal penciptaan mobil ramah lingkungan. "Sebaik atau sejelk apa pun yang dilakukan anak bangsa, tuntutannya bukan sebuah kesempurnaan, tapi semata-mata edukasi," pikirnya di Solo, Rabu (4/12).

Menristek Gusti Muhammad Hatta menegaskan sekali lagi keseriusannya di program mobil listrik nasional. Subsidi bahan bakar minyak yang tiap tahun menghabiskan lebih dari Rp 270 triliun dan kebanyakan dihabiskan di sektor transportasi, menurutnya harus dicarikan solusi segera.
"Perlu dikembangkan mobil nasional untuk angkutan massal dengan bahan bakar yang lebih hemat lagi sehingga dikembangkan mobil listrik."

Di Solo, sang Wali Kota FX Hadi Rudyatmo juga menyerukan kotanya bersedia mempersiapkan diri sebagai lokasi pengembangan angkutan massal listrik saat kesembilan tingkatan riset telah rampung.

Ia mengajukan profil Solo Techno Park (STP) yang dikelola Pemerintah Kota Surakarta. Ia optimistis bahwa bermodalkan STP, plus sumber daya manusia didalamnya, Solo bisa membantu dalam pembuatan suku cadang. "SDM yang ada di Techno Park mampu membuat suku cadang dan alatnya juga sudah lumayan lengkap," klaimnya.

Sosialisasi mobil listrik nasional dilakukan Kemenristek di lima kota, yakni Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Angin sejuk berupa respons positif yang didapat di Bandung, Solo dan kota lainnya bisa jadi tambahan semangat Kemenristek untuk membawa program ini dari mimpi menjadi kenyataan.


Sumber Media Cetak : Media Indonesia, 10 Desember 2013

0 komentar:

Posting Komentar